REVITALISASI KULTUR BATAK
Murnaria Manalu wanita perkasa ini, dalam bincang-bincang dengan DALIHAN
NATOLU, Sabtu 07 Nopember 2009, ternyata sangat peduli terhadap perkembangan
masyarakat Batak. Dalam tulisannya, ”Kultur Batak perlu direvitalisasi.” Bertujuan untuk mengajak masyarakat Batak, agar peduli apa yang terjadi di Tanah Batak maupun yang berada di perantauan.
Apakah revitalisasi itu? Revitalisasi merupakan proses, cara, perbuatan memvitalkan (menjadi vital), berupaya menghidupkan
kembali spirit. Hal ini dapat terlaksana
dengan melihat fakta-fakta yang ada, baik kelebihan maupun kekurangannya.
”Seharusnya kita bangga sebagai orang Batak, karena Suku Batak memiliki banyak kelebihan dibandingkan suku lainnya di Indonesia,” ujarnya.
Kelebihan tersebut dijabarkannya, antara lain memiliki budaya Batak lebih hebat. Bukti ini dapat dilihat Suku
Batak memiliki aksara, bahasa, alat musik, tarian, silsilah
kemargaan, lagu daerah, ornamen seni rupa dengan warna khas, rumah bolon, ulos,
adat istiadat, sistem kekerabatan dan pahlawan nasional.
Ketika kepadanya ditanyakan apa manfaat
revitalisasi kultur tersebut bagi orang Batak, Murnaria Manalu menyatakan untuk memberikan kembali semangat baru, agar mengenali dan menyadari hal positif
yang harus segera dilakukan oleh semua
keturunan orang Batak, dalam rangka meningkatkan potensi dirinya dan saudaranya.
Dia sangat menyayangkan banyaknya generasi muda Batak, yang tidak tahu dan tidak dapat lagi menggunakan bahasa Batak. Mereka tidak lagi memahami silsilah
tarombo, falsafah Batak, bertutur kata, menganggap rendah terhadap adat istiadat
dan mengganggap acara adat Batak membosankan, kuno, bahkan sudah banyak pula yang
membenci ulos dan lainnya.
”Apa yang salah dengan bangsa ini?” ujarnya sambil bertanya. Menurutnya dimanapun bangsa di dunia ini, sangat menghargai
dan menghormati budayanya. Budaya merupakan jati diri dan alat ukur dari
tingkat peradaban manusia. Untuk itu kita harus bangga dan tetap
memelihara kelestarian kebudayaan Batak. Masyarakat Batak perlu berkaca kepada orang China, dimana pun mereka berada, tetap mewariskan bahasa ibu.
Murnaria Manalu juga mengajak
agar kita tetap memelihara keunikan karya dan budaya Batak. Karena aksara,
ukiran, tarian dan tenun ulos memiliki corak ragam yang unik, cantik, memiliki ciri khas tersendiri
dan menjadi asset bangsa. ”Untuk itu perlu meningkatkan kepedulian
orangtua, pemuka, dan tokoh adat, sehingga terjadi sinergi antara masyarakat di
Tanah Batak dan di perantauan. Saling peduli dan berbuat nyata, agar budaya itu tidak punah ditelan zaman, bukan hanya slogan tok,” tegasnya.
Dikatakannya bahwa orang Batak telah
memiliki slogan ”Masipature Hutana Be” tetapi tidak terlihat bukti konkritnya. Untuk itu perlu mencontoh masyarakat
Padang dengan ”Minang Sagabu” kepedulian mereka terhadap tanah leluhurnya perlu
dicontoh. Padahal orang Batak punya falsafah ”Arga do Bona ni Pinasa.”, sampai dimana pelaksanaannya ? Andalah yang menjawab sendiri. Namun buktinya pembangunan yang terlihat
hanya pada makam atau tugu leluhurnya. Alangkah indahnya seandainya pembangunan
tugu yang menelan puluhan bahkan ratusan juta, dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan para
keturunannya. Sungguh suatu kekuatan yang luar biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar