Jumat, 01 Juni 2012

Revitalisasi Kultur Batak oleh Dr. Murnaria Manalu


REVITALISASI KULTUR BATAK
Murnaria Manalu wanita perkasa ini, dalam bincang-bincang dengan DALIHAN NATOLU, Sabtu 07 Nopember 2009, ternyata sangat peduli terhadap perkembangan masyarakat Batak. Dalam tulisannya, ”Kultur  Batak  perlu direvitalisasi.”  Bertujuan  untuk mengajak masyarakat Batak, agar peduli apa yang terjadi di Tanah Batak maupun yang berada di perantauan.
Apakah revitalisasi itu? Revitalisasi merupakan proses, cara, perbuatan memvitalkan (menjadi vital), berupaya menghidupkan kembali spirit. Hal ini dapat terlaksana dengan melihat fakta-fakta yang ada, baik kelebihan maupun kekurangannya.
Seharusnya kita bangga sebagai orang Batak, karena  Suku Batak memiliki banyak kelebihan dibandingkan suku lainnya di Indonesia,” ujarnya.
          Kelebihan tersebut dijabarkannya, antara lain memiliki budaya Batak lebih hebat. Bukti ini dapat dilihat Suku Batak memiliki aksara, bahasa, alat musik, tarian, silsilah kemargaan, lagu daerah, ornamen seni rupa dengan warna khas, rumah bolon, ulos, adat istiadat, sistem kekerabatan dan pahlawan nasional.
Ketika kepadanya ditanyakan apa manfaat revitalisasi kultur tersebut bagi orang Batak, Murnaria Manalu menyatakan untuk memberikan kembali semangat baru, agar mengenali dan menyadari hal positif yang harus segera dilakukan oleh  semua keturunan orang Batak, dalam rangka meningkatkan potensi dirinya dan saudaranya.
Dia sangat menyayangkan banyaknya generasi muda Batak, yang tidak tahu dan tidak dapat lagi menggunakan bahasa Batak. Mereka tidak lagi memahami silsilah tarombo, falsafah Batak, bertutur kata, menganggap rendah terhadap adat istiadat dan mengganggap acara adat Batak membosankan, kuno, bahkan sudah banyak pula yang membenci ulos dan lainnya.
Apa yang salah dengan bangsa ini?” ujarnya sambil bertanya. Menurutnya dimanapun bangsa di dunia ini, sangat menghargai dan menghormati budayanya. Budaya merupakan jati diri dan alat ukur dari tingkat peradaban manusia. Untuk itu kita harus bangga dan tetap memelihara kelestarian kebudayaan Batak. Masyarakat Batak perlu berkaca kepada orang China, dimana pun mereka berada, tetap mewariskan bahasa ibu.
Murnaria  Manalu juga mengajak agar kita  tetap memelihara keunikan karya dan budaya Batak. Karena aksara, ukiran, tarian dan tenun ulos memiliki corak ragam yang unik, cantik, memiliki ciri khas tersendiri dan menjadi asset bangsa. ”Untuk itu perlu meningkatkan kepedulian orangtua, pemuka, dan tokoh adat, sehingga terjadi sinergi antara masyarakat di Tanah Batak dan di perantauan. Saling peduli dan berbuat nyata, agar budaya itu tidak punah ditelan zaman, bukan hanya slogan tok,” tegasnya.
Dikatakannya bahwa orang Batak telah memiliki slogan ”Masipature Hutana Be” tetapi tidak terlihat bukti konkritnya. Untuk itu perlu mencontoh masyarakat Padang dengan ”Minang Sagabu” kepedulian mereka terhadap tanah leluhurnya perlu dicontoh. Padahal orang Batak punya  falsafah ”Arga do Bona ni Pinasa.”, sampai dimana pelaksanaannya ? Andalah yang menjawab sendiri.  Namun buktinya pembangunan yang terlihat hanya pada makam atau tugu leluhurnya. Alangkah indahnya seandainya pembangunan tugu yang menelan puluhan bahkan ratusan juta, dimanfaatkan  untuk meningkatkan kualitas pendidikan para keturunannya. Sungguh suatu kekuatan yang luar biasa.

Tidak ada komentar: