Rabu, 22 Oktober 2008

MATERI PRA AKSARA

Bab II Kehidupan Pada Masa Pra Aksara Di Indonesia 23
KEHIDUPAN PADA MASA
PRA AKSARA DI INDONESIA
BAB
II
Setelah mempelajari Bab ini, kalian diharapkan memiliki kemampuan
untuk memahami ciri-ciri kehidupan masyarakat pra aksaran di
Indonesia dan peninggalan-peninggalannya.
PETA KONSEP
KEHIDUPAN MASYARAKAT
PRA AKSARA
ASAL USUL
YUNAN
CIRI-CIRI
NOMADEN
SEMI
NOMADEN
MENETAP
PERALATAN
ZAMAN
BATU
ZAMAN
LOGAM
KEBUDAYAAN
FISIK
ROHANI
Masyarakat Indonesia berasal dari Yunan, yaitu suatu daerah
yang terletak di Myanmar (Birma). Pada waktu berpindah dari
Yunan ke Indonesia, mereka belum mengenal tulisan. Oleh karena
itu, mereka disebut masyarakat pra aksara. Tujuan perpindahan
mereka adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka
hidup secara nomaden, yaitu berpindah-pindah dari satu tempat
ke tempat lain. Tempat-tempat yang menjadi tujuan mereka adalah
tempat yang menghasilkan bahan makanan. Salah satu tempat yang
menjadi tujuan mereka adalah Indonesia. Untuk mencapai Indonesia
tidak terlalu sulit karena pada waktu mereka berpindah, wilayah
Indonesia masih menyatu dengan daratan Asia. Hal ini dibuktikan
Kata Kunci
Masyarakat, nomaden, semi nomaden, menetap, berburu, bercocok tanam,
paleolitikum, mesolitikum, neolitikum, megalitikum, fosil, tembaga,
perunggu, besi, kapak, goa, animisme, dan dinamisme.
Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII
24
dengan persamaan fauna (binatang) yang hidup di Indonesia dan
daratan Asia.
Ketika sampai di Indonesia, mereka masih hidup secara nomaden.
Lama kelamaan, kehidupan mereka mengalami kemajuan. Mereka
mulai mengenal sistem bercocok tanam. Untuk keperluan bercocok
tanam, mereka mulai menetap sementara. Setelah selesai bercocok
tanam, mereka berpindah ke tempat lain untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Di tempat yang baru, mereka akan bercocok tanam dan
hidup menetap sementara. Akhirnya, mereka akan kembali ke
tempat semula apabila musim panen telah tiba. Kehidupan ini
dilakukan secara terus menerus. Oleh karena itu, mereka disebut
sebagai masyarakat semi nomaden.
Kehidupan mereka terus berkembang dan akhirnya mereka
mulai hidup menetap di suatu tempat. Untuk mempertahankan
hidupnya, mereka tidak semata-mata bergantung kepada apa yang
disediakan alam. Mereka mulai mengenal sistem pertanian dengan
menanam berbagai jenis tanaman dan mulai memelihara ternak.
Di samping itu, mereka mulai hidup secara bersama sehingga
terbentuklah masyarakat pra sejarah. Mereka saling membantu
dalam mempertahankan hidup dan kehidupannya. Misalnya, untuk
menangkap binatang buruan, mereka lakukan secara bersamasama.
Untuk memudahkan cara memenuhi kebutuhan, masyarakat pra
aksara mulai mengenal dan membuat peralatan. Alat-alat itu terbuat
dari batu, tulang, kayu, atau logam. Alat-alat tersebut ada yang
sangat kasar, agak halus, dan sangat halus bentuknya. Di samping
itu, ada yang bulat, pipih, runcing, kecil, dan besar. Bentuk dan jenis
alat-alat itu sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan hidupnya.
Sisa-sisa peralatan yang terbuat dari tulang dan kayu, umumnya
telah membatu (menjadi batu) atau sering disebut fosil. Sisa-sisa
peninggalan ini disebut sebagai hasil kebudayaan fisik (materi).
Masyarakat pra aksara sudah mengenal kepercayaan animisme
dan dinamisme. Animisme adalah kepercayaan bahwa setiap benda
memiliki roh atau jiwa. Sedangkan dinamisme adalah kepercayaan
bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Aliran kepercayaan ini
disebut sebagai kebudayaan rohani
A. ASAL USUL NENEK MOYANG
Kehidupan awal masyarakat pra aksara Indonesia tidak dapat
dipisahkan dari perkembangan geografis wilayah Indonesia. Sebelum
zaman es atau glasial, wilayah Indonesia bagian barat menjadi satu
dengan daratan Asia dan wilayah Indonesia bagian timur menjadi
satu dengan daratan Australia. Pendapat ini didasarkan pada
Bab II Kehidupan Pada Masa Pra Aksara Di Indonesia 25
persamaan kehidupan flora dan fauna di Asia dan Australia dengan
wilayah Indonesia. Binatang yang hidup di wilayah Indonesia bagian
barat memiliki kesamaan dengan binatang yang hidup di daratan
Asia. Misalnya, gajah, harimau, banteng, burung, dan sebagainya.
Sedangkan binatang yang hidup di wilayah bagian timur memiliki
kesamaan dengan binatang yang hidup di daratan Australia, seperti
burung Cendrawasih.
Mencairnya es di kutub utara menyebabkan air laut mengalami
kenaikan. Peristiwa ini mengakibatkan wilayah Indonesia menjadi
terpisah dengan daratan Asia maupun Australia. Bekas daratan
yang menghubungkan Indonesia bagian barat dengan Asia disebut
Paparan Sunda. Sedangkan bekas daratan yang menghubungkan
Indonesia bagian timur dengan Australia disebut Paparan Sahul.
Ternyata, perubahan-perubahan itu sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan kehidupan masyarakat pra aksara
Indonesia.
Menurut para ahli, nenek moyang bangsa Indonesia berasal
dari Yunan. Daerah Yunan terletak di daratan Asia Tenggara.
Tepatnya, di wilayah Myanmar sekarang. Seorang ahli sejarah yang
mengemukakan pendapat ini adalah Moh. Ali. Pendapat Moh. Ali ini
didasarkan pada argumen bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
berasal dari hulu-hulu sungai besar di Asia dan kedatangannya ke
Indonesia dilakukan secara bergelombang. Gelombang pertama
berlangsung dari tahun 3000 SM – 1500 SM dengan menggunakan
perahu bercadik satu. Sedangkan gelombang kedua berlangsung
antara tahun 1500 SM – 500 SM dengan menggunakan perahu
bercadik dua. Tampaknya, pendapat Moh. Ali ini sangat dipengaruhi
oleh pendapat Mens bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal
dari daerah Mongol yang terdesak ke selatan oleh bangsa-bangsa
yang lebih kuat.
Sementara, para ahli yang lain memiliki pendapat yang beragam
dengan berbagai argumen atau alasannya, seperti:
1. Prof. Dr. H. Kern dengan teori imigrasi menyatakan bahwa
nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Campa, Kochin
Cina, Kamboja. Pendapat ini didasarkan pada kesamaan bahasa
yang dipakai di kepulauan Indonesia, Polinesia, Melanisia, dan
Mikronesia. Menurut hasil penelitiannya, bahasa-bahasa yang
digunakan di daerah-daerah tersebut berasal dari satu akar
bahasa yang sama, yaitu bahasa Austronesia. Hal ini dibuktikan
dengan adanya nama dan bahasa yang dipakai daerah-daerah
tersebut. Objek penelitian Kern adalah kesamaan bahasa, namanama
binatang dan alat-alat perang.
2. Van Heine Geldern berpendapat bahwa nenek moyang bangsa
Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII
26
Indonesia berasal dari daerah Asia. Pendapat ini didukung oleh
artefak-artefak atau peninggalan kebudayaan yang ditemukan
di Indonesia memiliki banyak kesamaan dengan peninggalanpeninggalan
kebudayaan yang ditemukan di daerah Asia.
3. Prof. Mohammad Yamin berpendapat bahwa nenek moyang
bangsa Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri.
Pendapat ini didasarkan pada penemuan fosil-fosil dan artefakartefak
manusia tertua di Indonesia dalam jumlah yang banyak.
Di samping itu, Mohammad Yamin berpegang pada prinsip
Blood Und Breden Unchro, yang berarti darah dan tanah bangsa
Indonesia berasal dari Indonesia sendiri.
Manusia purba mungkin telah tinggal
di Indonesia, sebelum terjadi gelombang
perpindahan bangsa-bangsa dari Yunan dan
Campa ke wilayah Indonesia. Persoalannya,
apakah nenek moyang bangsa Indonesia adalah
manusia purba?
4. Hogen berpendapat bangsa yang mendiami daerah pesisir
Melayu berasal dari Sumatera. Banga ini bercampur dengan
bangsa Mongol dan kemudian disebut bangsa Proto Melayu dan
Deutro Melayu. Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) menyebar
ke wilayah Indonesia pada tahun 3000 SM – 1500 SM. Sedangkan
bangsa Deutro Melayu (Melayu Muda) menyebar ke wilayah
Indonesia pada tahun 1500 SM – 500 SM.
Berdasarkan penyelidikan terhadap penggunaan bahasa yang
dipakai di berbagai kepulauan, Kern berkesimpulan bahwa nenek
moyang bangsa Indonesia berasal dari satu daerah dan menggunakan
bahasa yang sama, yaitu bahasa Campa. Namun, sebelum nenek
moyang bangsa Indonesia tiba di daerah kepulauan Indonesai,
daerah ini telah ditempati oleh bangsa berkulit hitam dan berambut
keriting. Bangsa-bangsa ini hingga sekarang menempati daerahdaerah
Indonesia bagian timur dan daerah-daerah Australia.
Sementara, sekitar tahun 1500 SM, nenek moyang bangsa
Indonesia yang berada di Campa terdesak oleh bangsa lain dari
Asia Tengah yang lebih kuat. Mereka berpindah ke Kamboja dan
kemudian melanjutkan perjalanannya ke Semenanjung Malaka dan
daerah Filipina. Dari Semenanjung Malaka, mereka melanjutkan
perjalanannya ke daerah Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Sedangkan
mereka yang berada di Filipina melanjutkan perjalanannya ke daerah
Minahasa dan daerah-daerah sekitarnya.
Bertitik tolak dari pendapat-pendapat di atas, terdapat hal-hal
yang menarik tentang asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia.
Pertama, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan
Gambar 2.1
Kerangka Manusia
Pithecanthropus
Pithecanthropus
adalah manusia
kera yang berdiri
tegak dari Trinil.
Fosil ini ditemukan
oleh Eugene
Dobuis pada tahun
1890.
Bab II Kehidupan Pada Masa Pra Aksara Di Indonesia 27
Gambar 2.2
Peta rute
perpindahan
nenek
moyang
bangsa
Indonesia
dan Campa. Argumen ini merujuk pada pendapat Moh. Ali dan
Kern bahwa sekitar tahun 3000 SM – 1500 SM terjadi gelombang
perpindahan bangsa-bangsa di Yunan dan Campa sebagai akibat
desakan bangsa lain dari Asia Tengah yang lebih kuat. Argumen ini
diperkuat dengan adanya persamaan bahasa, nama binatang, dan
nama peralatan yang dipakai di kepulauan Indonesia, Polinesia,
Melanesia, dan Mikronesia.
Kedua, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Indonesia
sendiri. Argumen ini merujuk pada pendapat Mohammad Yamin
yang didukung dengan penemuan fosil-fosil dan artefak-artefak
manusia tertua di wilayah Indonesia dalam jumlah yang banyak.
Sementara, fosil dan artefak manusia tertua jarang ditemukan di
daratan Asia. Sinanthropus Pekinensis yang ditemukan di Cina
dan diperkirakan sezaman dengan Pithecantropus Erectus dari
Indonesia, merupakan satu-satunya penemuan fosil manusia tertua
di daratan Asia.
Ketiga, masyarakat awal yang menempati wilayah Indonesia
termasuk rumpun bangsa Melayu. Oleh karena itu, bangsa Melayu
ditempatkan sebagai nenek moyang bangsa Indonesia. Argumen
ini merujuk pada pendapat Hogen. Bangsa Melayu yang menjadi
nenek moyang bangsa Indonesia dapat dibedakan menjadi 2 (dua),
yaitu:
1. Bangsa Proto Melayu
Bangsa ini memasuki wilayah Indonesia melalui 2 (dua) jalan,
yaitu:
a. Jalan barat dari Semenanjung Malaka ke Sumatera dan
selanjutnya menyebar ke beberapa daerah di Indonesia.
b. Jalan timur dari Semenanjung Malaka ke Filipina dan
Minahasa, serta selanjutnya menyebar ke beberapa daerah
di Indonesia.
Bangsa Proto Melayu
memiliki kebudayaan
yang setingkat lebih tinggi
dari kebudayaan Homo
Sapiens di Indonesia.
Kebuadayaan mereka
adalah kebudayaan batu
muda (neolitikum). Hasilhasil
kebudayaan mereka
masih terbuat dari batu,
tetapi telah dikerjakan
dengan baik sekali (halus).
Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII
28
Kapak persegi merupakan hasil kebudayaan bangsa Proto
Melayu yang masuk ke Indonesia melalui jalan barat dan kapak
lonjong melalui jalan timur. Keturunan bangsa Proto Melayu
yang masih hidup hingga sekarang, di antaranya adalah suku
bangsa Dayak, Toraja, Batak, Papua.
2. Bangsa Deutro Melayu
Sejak tahun 500 SM, bangsa Deutro Melayu memasuki
wilayah Indonesia secara bergelombang melalui jalan barat.
Kebudayaan bangsa Deitro Melayu lebih tinggi dari kebudayaan
bangsa Proto Melayu. Hasil kebudayaan mereka terbuat dari
logam (perunggu dan besi). Kebuadayaan mereka sering disebut
kebudayaan Don Song, yaitu suatu nama kebudayaan di daerah
Tonkin yang memiliki kesamaan dengan kebudayaan bangsa
Deutro Melayu. Daerah Tonkin diperkirakan merupakan tempat
asal bangsa Deutro Melayu, sebelum menyebar ke wilayah
Indonesia. Hasil-hasil kebudayaan perunggu yang penting di
Indonesia adalah kapak corong atau kapak sepatu, nekara, dan
bejana perunggu. Keturunan bangsa Deutro Melayu yang masih
hidup hingga sekarang, di antaranya suku bangsa Melayu, Batak,
Minang, Jawa, Bugis.
B. POLA KEHIDUPAN MASYARAKAT PRA
AKSARA
Masyarakat pra aksara adalah gambaran tentang kehidupan
manusia-manusia pada masa lampau, di mana mereka belum
mengenal tulisan sebagai cirinya. Kehidupan masyarakat pra
aksara dapat dibagi dalam beberapa tahap, yaitu: (1) kehidupan
nomaden, (2) kehidupan semi nomaden, dan (3) kehidupan menetap.
Meskipun demikian, pola kehidupan masyarakat pra aksara tidak
dapat dijadikan dasar pembagian zaman. Oleh karena itu, apabila
dikaitkan dengan pembagian zaman, maka masyarakat pra aksara
hidup pada zaman batu dan zaman logam.
Secara garis besar, pembagian zaman pra aksara dapat dibedakan
sebagai berikut:
T u g a s 2 . 1
Diskusikanlah dengan teman-temanmu mengenai asal-asul nenek moyang
bangsa Indonesia!
Bab II Kehidupan Pada Masa Pra Aksara Di Indonesia 29
Pembagian zaman praaksara di atas, dapat dijadikan dasar
dalam menentukan asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia.
Dengan demikian, kalian dapat belajar berpikir kritis. Misalnya,
untuk mendukung pendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
adalah bangsa Melayu, kalian harus memiliki argumen yang kuat,
logis, dan objektif.
Terlepas dari mana asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia
dan kapan mereka mulai tinggal di wilayah Indonesia, kita harus
percaya bahwa nenek moyang bangsa Indonesia telah ribuan tahun
sebelum masehi telah hidup di wilayah Indonesia. Kehidupan
mereka mengalami perkembangan yang teratur seperti bangsabangsa
di belahan dunia lain. Tahapan perkembangan kehidupan
masyarakat pra aksara di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Pola Kehidupan Nomaden
Nomaden artinya berpindah-pindah dari satu tempat ke
tempat yang lain. Kehidupan masyarakat pra aksara sangat
bergantung kepada alam. Bahkan, kehidupan mereka tak
Tabel 2.1
Pembagian Zaman Pra Aksara
Menurut H.R. Van Heekeren
No Zaman Waktu Manusia/Kebudayaan
1. Paleolitikum
-Bawah
-Tengah
-Atas
450 000 – 350 000
80.000 – 35.000
3.500 – 1.500
• Pitecanthropus Mojokertensis
• Meganthropus Paleojavanicus
• Pitecanthropus Erectus/
Homo Erectus
• Homo Wajakensis
• Homo Soloensis
Hasil kebudayaan dari batu yang
masih kasar
2. Mesolitikum 8.000 – 4.500
6.500 – 2.000
Austronesia, Melanesia
Pabble, Bascon Hoabins
Wedda, Negrito
Blade, Toale
3. Neolitikum 4.500 – 2.500 Proto Melayu
Kapak persegi, Kapak lonjong
4. Megalitikum - Austronesia, Melanesia, Proto
Melayu, Deutro Melayu.
Menhir, Bangunan Berundak, Tugu
5. Logam
-Perunggu
-Tembaga
-Besi
2.500 – 2.000
-
-
Deutro Melayu
Kapak corong, Nekara, dan Bejana
perunggu
Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII
30
ubahnya seperti kelompok hewan karena bergantung pada
apa yang disediakan alam. Apa yang mereka makan adalah
bahan makanan apa yang disediakan alam. Buah-buahan, umbiumbian,
atau dedaunan yang mereka makan tinggal memetik
dari pepohonan atau menggali dari tanah. Mereka tidak pernah
menanam atau mengolah pertanian.
Apabila mereka ingin makan ikan, maka mereka tinggal
menangkap ikan di sungai, waduk, atau tempat-tempat lain, di
mana ikan dapat hidup. Apabila mereka ingin makan daging,
maka mereka tinggal berburu untuk menangkap binatang
buruannya. Adapun cara menangkap ikan atau binatang
buruannya, tentu berbeda dengan yang kita lakukan sekarang.
Mereka tidak pernah memelihara ikan atau binatang ternak
lainnya.
Berdasarkan pola kehidupan nomaden tersebut, maka
masa kehidupan masyarakat pra aksara sering disebut sebagai
‘masa mengumpulkan bahan makanan dan berburu’. Jika bahan
makanan yang akan dikumpulkan telah habis, mereka kemudian
berpindah ke tempat lain yang banyak menyediakan bahan
makanan. Di samping itu, tujuan perpindahan mereka adalah
untuk menangkap binatang buruannya. Kehidupan semacam itu
berlangsung dalam waktu yang lama dan berlangsung secara
terus menerus. Oleh karena itu, mereka tidak pernah memikirkan
rumah sebagai tempat tinggal yang tetap.
Mereka tinggal di alam terbuka seperti hutan, di bawah
pohon, di tepi sungai, di gunung, di gua, dan di lembah-lembah.
Pada waktu itu, lingkungan alam belum stabil dan masih liar atau
ganas. Oleh karena itu, setiap orang harus berhati-hati terhadap
setiap ancaman yang dapat muncul secara tiba-tiba. Ancaman
yang paling membahayakan adalah binatang buas. merupakan
musuh utama manusia dalam hidup dan kehidupannya.
Berkaitan dengan kehidupan yang kurang aman, maka untuk
menuju ke suatu tempat, mereka biasanya mereka mem memilih
jalan dengan menelusuri sungai. Perjalanan melalui sungai
dipandang lebih mudah dan aman dari pada melalui daratan
(hutan) yang sangat berbahaya. Sesuai dengan kebutuhan dan
tantangan yang dihadapi, akhirnya timbul pemikiran untuk
membuat rakit-rakit sebagai alat transportasi. Bahkan dalam
perkembangannya, masyarakat pra aksara mampu membuat
perahu sebagai sarana transportasi melalui sungai.
Pada masa nomaden, masyarakat pra aksara telah mengenal
kehidupan berkelompok. Jumlah anggota dari setiap kelompok
sekitar 10-15 orang. Bahkan, untuk mempermudah hidup
Bab II Kehidupan Pada Masa Pra Aksara Di Indonesia 31
dan kehidupannya, mereka telah mampu membuat alat-alat
perlengkapan dari batu dan kayu, meskipun bentuknya masih
sangat kasar dan sederhana. Ciri-ciri kehidupan masyarakat
nomaden adalah sebagai berikut:
• selalu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain,
• sangat bergantung pada alam,
• belum mengolah bahan makanan,
• hidup dari hasil mengumpulkan bahan makanan dan
berburu,
• belum memiliki tempat tinggal yang tetap,
• peralatan hidup masih sangat sederhana dan terbuat dari
batu atau kayu.
Lama kelamaan, masyarakat pra aksara menyadari bahwa
makanan yang disediakan oleh alam sangat terbatas dan
akhirnya akan habis. Oleh karena itu, cara hidup yang sangat
bergantung pada alam harus diperbaiki. Caranya adalah dengan
menanami lahan-lahan yang akan ditinggalkan agar dapat
menyediakan bahan makanan yang lebih banyak pada waktu
yang akan datang. Di samping itu, para wanita dan anak kecil
tidak harus selalu ikut berpindah untuk mengumpulkan bahan
makanan atau berburu binatang.
2. Pola Kehidupan Semi Nomaden
Terbatasnya, kemampuan alam untuk memenuhi kebutuhan
hidup masyarakat menuntut setiap manusia untuk merubah
pola kehidupannya. Oleh karena itu, masyarakat pra aksara
mulai merubah pola hidup secara nomaden menjadi semi
nomaden. Kehidupan semi nomaden adalah pola kehidupan
yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain,
tetapi sudah disertai dengan kehidupan menetap sementara.
Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa mereka sudah mulai
mengenal cara-cara mengolah bahan makanan.
Pola kehidupan semi nomaden ditandai dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
• mereka masih berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat
lain;
• mereka masih bergantung pada alam;
• mereka mulai mengenal cara-cara mengolah bahan
makanan;
• mereka telah memiliki tempat tinggal sementara;
Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII
32
• di samping mengumpulkan bahan makanan dan berburu,
mereka mulai menanam berbagai jenis tanaman;
• sebelum meninggalkan suatu tempat untuk berpindah ke
tempat lain, mereka terlebih dahulu menanam berbagai jenis
tanaman dan mereka akan kembali ke tempat itu, ketika
musin panen tiba;
• peralatan hidup mereka sudah lebih baik dibandingkan
dengan peralatan hidup masyarakat nomaden;
• di samping terbuat dari batu dan kayu, peralatan itu juga
terbuat dari tulang sehingga lebih tajam.
Kehidupan sosial, masyarakat semi nomaden setingkat
lebih baik dari pada masyarakat nomaden. Jumlah anggota
kelompok semakin bertambah besar dan tidak hanya terbatas
pada keluarga tertentu. Kenyataan ini menunjukkan bahwa
rasa kebersamaan di antara mereka mulai dikembangkan.
Rasa kebersamaan ini sangat penting dalam mengembangkan
kehidupan yang harmonis, tenang, aman, tentram, dan damai.
Nilai-nilai kehidupan, seperti gotong royong, saling membantu,
saling mencintai sesama manusia, saling menghargai dan
mengjormati telah berkembang pada masyarakat pra aksara.
Pada zaman ini, masyarakat diperkirakan telah memelihara
anjing. Pada waktu itu, anjing merupakan binatang yang dapat
membantu manusia dalam berburu binatang. Di Sulawesi
Selatan, di dalam sebuah goa ditemukan sisa-sisa gigi anjing
oleh Sarasin bersaudara.
3. Pola Kehidupan Menetap
Kehidupan masyarakat pra aksara terus berkembang sesuai
dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakatnya. Ternyata, pola
kehidupan semi nomaden tidak menguntungkan karena setiap
manusia masih harus berpindah dari satu tempat ke tempat yang
lain. Di samping itu, setiap orang harus membangun tempat
tinggal, meskipun hanya untuk sementara waktu. Dengan
demikian, pola kehidupan semi nomaden dapat dikatakan
kurang efektif dan efisien. Oleh karena itu, muncul gagasan
untuk mengembangkan pola kehidupan yang menetap. Itulah,
konsep dasar yang mendasari perkembangan kehidupan
masyarakat pra aksara.
Bab II Kehidupan Pada Masa Pra Aksara Di Indonesia 33
Pola kehidupan menetap memiliki beberapa keuntungan
atau kelebihan, di antaranya:
• setiap keluarga dapat membangunan tempat tinggal yang
lebih baik untuk waktu yang lebih lama;
• setiap orang dapat menghemat tenaga karena tidak harus
membawa peralatan hidup dari satu tempat ke tempat
lain;
• para wanita dan anak-anak dapat tinggal lebih lama di rumah
dan tidak akan merepotkan;
• wanita dan anak-anak sangat merepotkan, apabila mereka
harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain;
• mereka dapat menyimpan sisa-sisa makanan dengan lebih
baik dan aman;
• mereka dapat memelihara ternak sehingga mempermudah
pemenuhan kebutuhan, terutama apabila cuaca sedang tidak
baik;
• mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk berkumpul
dengan keluarga, sekaligus menghasilkan kebudayaan yang
bermanfaat bagi hidup dan kehidupannya;
• mereka mulai mengenal sistem astronomi untuk kepentingan
bercocok tanam;
• mereka mulai mengenal sistem kepercayaan.
Dilihat dari aspek geografis, masyarakat pra aksara
cenderung untuk hidup di daerah lembah atau sekitar sungai
dari pada di daerah pegunungan. Kecenderungan itu didasarkan
pada beberapa kenyataan, seperti:
• memiliki struktur tanah yang lebih subur dan sangat
menguntungkan bagi kepentingan bercocok tanam;
• memiliki sumber air yang baik sebagai salah satu kebutuhan
hidup manusia;
• lebih mudah dijangkau dan memiliki akses ke daerah lain
yang lebih mudah;
T u g a s 2 . 2
Kerjakan secara kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa!
■ Mengapa masyarakat pra aksara selalu berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain?
■ Mengapa masyarakat pra aksara cenderung hidup di sekitar sungai dan daerah lembah?
Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII
34
C. KEBUDAYAAN MASYARAKAT PRA AKSARA
Zaman pra aksara dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: (1) zaman batu,
dan (2) zaman logam. Pembagian itu didasarkan pada alat-alat atau
hasil kebudayaan yang mereka ciptakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan kehidupannya. Secara skematis, pembagian zaman pra
aksara dapat digambarkan sebagai berikut:
Disebut zaman batu karena hasil-hasil kebudayaan pada masa
itu sebagian besar terbuat dari batu, mulai dari yang sedernaha dan
kasar sampai pada yang baik dan halus. Perbedaan itu merupakan
gambaran usia peralatan tersebut. Semakin sederhana dan kasar,
maka peralatan itu dikatakan berasal dari zaman yang lebih tua, dan
sebaliknya. Zaman batu sendiri dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu: (1)
zaman batu tua (paleolitikum), (2) zaman batu tengah (mesolitikum),
dan (3) zaman batu muda (neolitikum). Di samping ketiga zaman
batu itu, juga dikenal zaman batu besar (megalitikum).
Beberapa hasil kebudayaan dari zaman paleolitikum, di
antaranya adalah kapak genggam, kapak perimbas, monofacial,
alat-alat serpih, chopper, dan beberapa jenis kapak yang telah
dikerjakan kedua sisinya. Alat-alat ini tidak dapat digolongkan ke
dalam kebudayaan batu teras maupun golongan fl ake. Alat-alat ini
dikerjakan secara sederhana dan masih sangat kasar. Bahkan, tidak
jarang yang hanya berupa pecahan batu. Beberapa contoh hasil
kebudayaan dari zaman paleolitikum dapat dilihat pada gambar
di bawah ini.
Chopper merupakan salah satu jenis kapak genggam yang
berfungsi sebagai alat penetak. Oleh karena itu, chopper sering
JENIS ZAMAN
BATU
LOGAM
PALEOLITIKUM
MESOLITIKUM
NEOLITIKUM
MEGALITIKUM
TEMBAGA
PERUNGGU
BESI
Skema 2.1
Pembagian Zaman Menurut Hasil Kebudayaan
Bab II Kehidupan Pada Masa Pra Aksara Di Indonesia 35
disebut sebagai kapak
penetak. Mungkin kalian
masih sulit membayangkan
bagaimana cara menggunakan
chopper. Misalnya, kalian akan
memotong kayu yang basah
atau tali yang besar, sementara
kalian tidak memiliki alat
pemotong, maka kalian dapat
mengambil pecahan batu yang
tajam. Kayu atau tali yang akan
dipotong diletakan pada benda
yang keras dan bagian yang akan dipotong dipukul dengan batu,
maka kayu atau tali akan putus. Itulah, cara menggunakan kapak
penetak atau chopper.
Contoh hasil kebudayaan dari zaman paleolitikum adalah
flake atau alat-alat serpih. Hasil kebudayaan ini banyak ditemukan
di wilayah Indonesia, terutama di Sangiran (Jawa Tengah) dan
Cebbenge (Sulawesi Selatan). Flake memiliki fungsi yang besar,
terutama untuk mengelupas kulit umbi-umbian dan kulit hewan.
Perhatikan salah satu contoh flake yang ditemukan di Sangiran dan
Cebbenge.
Pada Zaman Paleolitikum, di samping ditemukan hasilhasil
kebudayaan, juga ditemukan beberapa peninggalan, seperti
tengkorak (2 buah), fragmen kecil dari rahang bawah kanan, dan
tulang paha (6 buah) yang diperkirakan dari jenis manusia. Selama
masa paleolitikum tengah, jenis manusia itu tidak banyak mengalami
perubahan secara fisik. Pithecanthropus Erectus adalah nenek
moyang dari Manusia Solo (Homo Soloensis). Persoalan yang agak
aneh karena Pithecanthropus memiliki dahi yang sangat sempit,
busur alis mata yang tebal, otak yang kecil, rahang yang besar,
dan geraham yang kokoh. Di samping ini adalah salah tengkorak
Gambar 2.3
Chopper dari
Pacitan
Gambar 2.4 Flake dari Sangiran Gambar 2.5. Flakedari Cabbenge
Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII
36
Homo Soloensis yang ditemukan oleh Ter Haar,
Oppenoorth, dan von Konigwald di Ngandong
pada tahun 1936-1941.
Pada Zaman Mesolitikum terdapat tiga
macam kebudayaan yang berbeda satu sama
lain, yaitu kebuadayaan: (1) Bascon-Hoabin,
(2) Toale, dan (3) Sampung. Ketiga kebudayaan
itu diperkirakan datang di Indonesia hampir
bersamaan waktunya.
Kebudayaan Bascon-Hoabin ditemukan dalam goa-goa dan
bukit-bukit kerang di Indo Cina, Siam, Malaka, dan Sumatera Timur.
Daerah-daerah itu merupakan wilayah yang saling berkaitan satu
sama lainnya. Kebudayaan ini umumnya berupa alat dari batu
kali yang bulat. Sering disebut sebagai ‘batu teras’ karena hanya
dikerjakan satu sisi, sedangkan sisi yang lain dibiarkan tetap licin.
Sumateralith adalah salah jenis peralatan manusia pra aksara
Indonesia yang berfungsi sebagai alat penetak, pemecah, pemotong,
pelempar, penggali, dan lain-lain. Alat ini ditemukan di Sumatera
dalam jumlah yang sangat banyak. Penemuan ini merupakan
fenomena yang menarik karena
berkaitan dengan kehidupan
masyarakat pada waktu itu.
Sekurang-kurangnya, penemuan
itu merupakan bukti bahwa
kehidupan masyarakat sudah
semakin maju dengan kebutuhan
yang semakin tinggi.
Hasil kebudayaan Toale
dan yang serumpun umumnya,
berupa kebudayaan ‘flake’
dan ‘blade’. Kebudayaan ini
mendapat pengaruh kuat dari
unsur ‘microlith’ sehingga menghasilkan alat-alat yang berukuran
kecil dan terbuat dari batu yang mirip dengan ‘batu api’ di Eropa.
Di samping itu, ditemukan alat-alat yang terbuat dari tulang dan
kerang. Alat-alat ini sebagian besar merupakan alat berburu atau
yang dipergunakan para nelayan.
Kebudayaan-kebudayaan yang mirip dengan kebudayaan Toale
ditemukan di Jawa (dataran tinggi Bandung, Tuban, dan Besuki);
di Sumatera (di sekeliling danau Kerinci dan goa-goa di Jambi); di
Flores, di Timor, dan di Sulawesi. Di bawah ini adalah salah satu
hasil kebuadayaan Toale dari Sulawesi Selatan yang memiliki ukuran
lebih kecil, tetapi tampak lebih tajam dibandingkan dengan kapak
Gambar 2.6
Tengkorak
Manusia
Homo
Soloensis
Gambar 2.7
Sumateralith
Bab II Kehidupan Pada Masa Pra Aksara Di Indonesia 37
genggam, kapak perimbas, atau jenis
kapak lainnya.
Di samping alat-alat yang terbuat
dari batu, juga ditemukan alat-alat yang
terbuat dari tulang dan tanduk. Kedua
jenis alat ini termasuk dalam hasil
kebudayaan Toale.
Sementara, kebudayaan Sampung
merupakan kebudayaan tulang dan tanduk yang
ditemukan di desa Sampung, Ponorogo. Barang
yang ditemukan berupa jarum, pisau, dan sudip.
Pada lapisan yang lain telah ditemukan ‘mata
panah’ yang terbuat dari kapur membatu. Di
samping itu ditemukan juga beberapa kerangka
manusia dan tulang binatang buas yang dibor
(mungkin sebagai perhiasan atau jimat).
Tentang persebaran kebudayaan Toale tidak
diketahui secara. Namun, beberapa penelitian
telah membuktikan bahwa kebudayaan ini telah
berkembang di Sulawesi dan Flores.
Kira-kira 1000 tahun SM, telah datang bangsabangsa
baru yang memiliki kebudayaan lebih maju
dan tinggi derajatnya.
Mereka dikenal sebagai bangsa Probo Melayu
dan Deutro Melayu. Beberapa kebudayaan mereka
yang terpenting adalah sudah mengenal
pertanian, berburu, menangkap ikan,
memelihara ternak jinak (anjing, babi,
dan ayam).
Sistem pertanian dilakukan dengan
sederhana. Mer eka menanam tanaman
untuk beberapa kali dan sesudah itu
ditinggalkan. Mereka berpindah ke tempat
lain dan melaksanakan sistem pertanian yang
sama untuk kemudian berpindah lagi. Sistem
pertanian itu sangat tidak ekonomis, tetapi
lebih baik dari kehidupan sebelumnya. Mereka
mulai hidup menetap, meski untuk waktu yang
tidak lama. Mereka telah membangun pondokpondok
yang berbentuk persegi empat siku-siku, didirikan di atas
tiang-tiang kayu, diding-dindingnya diberi hiasan dekoratif yang
indah.
Gambar 2.8.
Blade dan
Alat-alat
Microlith dari
Toale
Gambar 2.9.
Alat dari
Tulang dan
Tanduk
Gambar 2.10
Alat-alat dari
Tulang dan
Tanduk (Kebudayaan
Sampung).
Gambar 2.11
Mata Panah
dari Sulawesi
(kiri) dan
Mata Panah
dari Jawa
(kanan).
Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII
38
Sedangkan peralatan yang mereka pergunakan masih terbuat
dari batu, tulang, dan tanduk. Meskipun demikian, peralatan itu telah
dikerjakan lebih halus dan lebih tajam. Pola umum kebudayaan dari
masa neolitikum adalah pahat persegi panjang. Alat-alat perkakas
yang terindah dari kebudayaan ini ditemukan di Jawa Barat dan
Sumatera Selatan karena terbuat dari batu permata. Di samping itu,
ditemukan beberapa jenis kapak (persegi dan lonjong) dalam jumlah
yang banyak dan mata panah.
Berbagai jenis kapak yang ditemukan memiliki fungsi yang yang
hampir. Pada masa neolitikum, perkembangan kapak lonjong dan
beliung persegi sangat menonjol. Konon kedua jenis alat ini berasal
dari daratan Asia Tenggara yang masuk ke Indonesia melalui jalan
barat dan jalan timur. Persebaran kapak lonjong dan beliung persegi
dapat dilihat dalam peta di bawah ini.
Berdasarkan hasil penelitian, peralatan manusia purba banyak
ditemukan di berbagai wilayah, seperti daerah Jampang Kulon
(Sukabumi), Gombong (Jawa Tengah), Perigi dan Tambang Sawah
(Beng-kulu), Lahat dan Kalianda (Sumatera Selatan), Sembiran
Trunyan (Bali), Wangka dan Maumere (Flores), daerah Timor Timur,
Awang Bangkal (Kalimantan Timur), dan Cabbenge (Sulawesi
Gambar 2.12
Pahat Persegi Panjang
Gambar 2.13
Batu Pemukul Kulit
Kayu dari Kalimantan
Barat
Gambar 2.14
Kapak Bulat (kiri) dan Kapak Bertangga
(atas). Keduanya berasal
dari Minahasa, Sulawesi Utara.
Gambar 2.15
Peta Persebaran
Kapak Lonjong
dan Beliung
Persegi
Bab II Kehidupan Pada Masa Pra Aksara Di Indonesia 39
Selatan). Beberapa peralatan yang penting dan banyak ditemukan,
di antaranya:
Kapak perimbas. Kapak perimbas tidak memiliki tangkai dan
digunakan dengan cara menggenggam. Kapak ini ditemukan hampir
di daerah yang disebutkan di atas dan diperkirakan berasal dari
lapisan yang sama dengan kehidupan Pithecanthropus. Kapak jenis
juga ditemukan di beberapa negara Asia, seperti Myanmar, Vietnam,
Thailand, Malaysia, Pilipina sehingga sering dikelompokkan dalam
kebudayaan Bascon-Hoabin.
Kapak penetak. Kapak penetak memiliki bentuk yang hampir
sama dengan kapak perimbas, tetapi lebih besar dan kasar. Kapak
ini digunakan untuk membelah kayu, pohon, dan bambu. Kapak
ini ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Kapak genggam. Kapak genggam memiliki bentuk yang hampir
sama dengan kapak perimbas, tetapi lebih kecil dan belum diasah.
Kapak ini juga ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Cara
menggunakan kapak ini adalah menggenggam bagian yang kecil.
Pahat genggam. Pahat genggam memiliki bentuk lebih kecil
dari kapak genggam. Menurut para ahli, pahat ini dipergunakan
untuk menggemburkan tanah. Alat ini digunakan untuk mencari
ubi-ubian yang dapat dimakan.
Alat serpih. Alat ini memiliki bentuk yang sederhana dan
ber-dasarkan bentuknya alat diduga sebagai pisau, gurdi, dan alat
penusuk. Alat ini banyak ditemukan di gua-gua dalam keadaan
yang utuh. Di samping itu, alat ini juga ditemukan Sangiran (Jawa
Tengah), Cabbenge (Sulawesi Selatan), Maumere (Flores), dan
Timor.
Alat-alat dari tulang. Tampaknya, tulang-tulang binatang hasil
buruan telah dimanfaatkan untuk membuat alat seperti pisau, belati,
mata tombak, mata panah, dan lain-lainnya. Alat-alat ini banyak
ditemukan di Ngandong dan Sampung (Ponorogo). Oleh karena itu,
pembuatan alat-alat ini sering disebut kebudayaan Sampung.
Blade, flake, dan microlith. Alat-alat ini banyak ditemukan
di Jawa (dataran tinggi Bandung, Tuban, dan Besuki); di Sumatera
(di sekeliling danau Kerinci dan gua-gua di Jambi); di Flores, di
Timor, dan di Sulawesi. Semua alat-alat itu sering disebut sebagai
kebudayaan Toale atau kebudayaan serumpun.
Di samping kebudayaan material, masyarakat pra aksara telah
memiliki atau menghasilkan kebudayaan rohani. Kebudayaan
rohani mulai muncul dalam kehidupan manusia, ketika mereka
mulai mengenal sistem kepercayaan. Sistem kepercayaan telah
muncul sejak masa kehidupan berburu dan mengumpulkan
Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII
40
makanan. Kuburan merupakan salah satu bukti bahwa masyarakat
telah memiliki anggapan tertentu dan memberikan penghormatan
kepada orang telah meninggal. Masyarakat percaya bahwa orang
yang meninggal, rohnya akan tetap hidup dan pergi ke suatu tempat
yang tinggi. Bahkan, jika orang itu berilmu atau berpengaruh dapat
memberikan perlindungan atau nasihat kepada mereka yang
mengalami kesulitan.
Sistem kepercayaan masyarakat terus berkembang.
Penghormatan kepada roh nenek moyang dapat dilihat pada
peninggalan-peninggalan berupa tugu batu seperti pada zaman
megalitikum. Peninggalan megalitikum lebih banyak ditemukan
pada tempat-tempat yang tinggi. Hal itu sesuai dengan kepercayaan
bahwa roh nenek moyang bertempat tinggal pada tempat yang lebih
tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa manusia
mulai menyadari kehidupannya berada di tengah-tengah alam
semesta. Manusia menyadari dan merasakan adanya kekuatan
yang maha dahsyat di luar dirinya sendiri. Kekuatan itulah yang
kemudian di-ketahui berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan yang
menciptakan, menghidupkan, memelihara, dan membinasakan alam
semesta. Dari kepercayaan itu, selanjutnya berkembang kepercayaan
yang bersifat animisme, dinamisme, dan monoisme. Animisme
adalah kepercayaan bahwa setiap benda memiliki roh atau jiwa.
Dinamisme merupakan kepercayaan bahwa setiap benda memiliki
kekuatan gaib. Sedangkan monoisme merupakan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Sebenarnya, zaman megalitikum bukan kelanjutan dari zaman
batu sebelumnya. Megalitikum muncul bersamaan dengan zaman
mesolotikum dan neolitikum. Pada zaman batu pada umumnya,
muncul kebudayaan batu besar (megalitikum)
seperti menhir, batu berundak, dolmen, dan
sebagainya.
Sementara, zaman logam dibedakan menjadi
3 (tiga) zaman, yaitu: (1) zaman Tembaga, (2)
zaman Perunggu, dan (3) zaman Besi. Namun,
zaman Tembaga tidak pernah berkembang
di Indonesia. Dengan
demikian, zaman logam
di Indonesia dimulai
dari zaman Perunggu.
Beberapa peninggalan
dari zaman logam, di
antaranya adalah nekara,
Gambar 2.17
Nekara
Perunggu
Gambar 2.16
Belati Dongson
dan Kapak
Perunggu dari
Flores
Bab II Kehidupan Pada Masa Pra Aksara Di Indonesia 41
bejana, dan kapak yang terbuat dari perunggu, serta belati dari
besi.
D. JENIS-JENIS MANUSIA PURBA
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa pada zaman
atau kala Pleistosin hidup beberapa jenis manusia purba. Secara
ringkas kehidupan manusia purba disajikan dalam tabel di bawah
ini.
Homo Sapiens merupakan perkembangan dari jenis manusia
sebelumnya dan telah menunjukkan bentuk seperti manusia pada
masa sekarang. Fosil jenis manusia ini ditemukan di beberapa daerah
di Indonesia.
T u g a s 2 . 3
■ Sebutkan pembagian zaman berdasarkan peralatan yang dipergunakan
masyarakat pra aksara di Indonesia!
■ Sebutkan hasil-hasil kebudayaan material dan rohani masyarakat pra
aksara!
No Jenis Penemu Temuan Tempat Tahun
1. Pithecanthropua
Erectus
Eugene Dobuis Fosil
tengkorak
Trinil 1890
2. Meganthropus
Paleojavanicus
atau Homo
Soloensis
Ter Haar,
Oppenoorth, dan
von Koenigswald
Fosil rahang
bawah yang
sangat besar
Ngandong 1936-
1941
3. Homo
Mojokertensis
Tjokrohandojo
dan Duifjes
Fosil-fosil
manusia
purba
Perning,
Mojokerto
dan
Sangiran
-
4. Homo
Wajakensis
Van Reictshotten Fosil
tengkorak
Wajak 1889
5. Homo Sapiens -- -- -- --
6. --- Prof. Dr. Teuku
Jacob
13 buah fosil Sambung
Macan dan
Sragen
1973
T u g a s 2 . 4
■ Sebutkan jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia, penemu,
tempat dan tahuan penemuannya!
Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII
42
A. Pilihlah salah satu jawaban yang kamu anggap paling tepat
1. Ciri-ciri masyarakat pra aksara adalah, kecuali:
a. Tidak mengenal tulisan
b. Hidup secara nomaden
c. Tidak memiliki kebudayaan
d. Hidup bergantung pada alam
2. Fosil adalah:
a. Peninggalan sejarah yang telah membatu
b. Sisa tengkorak manusia purba
c. Sisa-sisa kebudayaan masyarakat pra aksara
d. Tanda-tanda kehidupan masyarakat pra aksara
R a n g k u m a n
Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan, yaitu suatu
daerah yang terletak di negara Myanmar. Di samping itu, di Indonesia
banyak ditemukan fosil dan artefak dari manusia purba.
Pada awalnya, masyarakat pra aksara hidup secara nomaden. Dalam
perkembangannya, kehidupan mereka mengalami perubahan dari
nomaden menjadi semi nomaden. Akhirnya, mereka hidup secara menetap
di suatu tempat dengan tempat tinggal yang pasti.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat pra aksara
menggunakan beberapa jenis peralatan, baik yang terbuat dari batu
maupun logam. Oleh karena itu, masyarakat pra aksara telah menghasilkan
kebudayaan materi (fisik).
Di samping kebudayaan fisik, masyarakat pra aksara juga telah
menghasilkan kebudayaan rohani, yaitu aliran kepercayaan animisme
dan dinamisme.
Berdasarkan hasil-hasil kebudayaan, maka zaman pada masa pra
aksara dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu zaman batu dan zaman logam.
R e f l e k s i
■ Setelah mempelajari Bab ini, apakah kalian sudah memiliki kemampuan
untuk menjelaskan pola kehidupan masyarakat pra aksara dengan berbagai
ciri-cirinya? Apabila belum, apa yang harus kalian lakukan?
L a t i h a n
Bab II Kehidupan Pada Masa Pra Aksara Di Indonesia 43
3. Zaman batu dibagi menjadi beberapa zaman. Zaman batu yang tertua
disebut:
a. Megalithcum
b. Mesolithicum
c. Neolithicum
d. Palaelithicum
4. Pithecanthropus Erectus merupakan salah satu jenis manusia purba
yang ditemukan di:
a. Ngandong
b. Wajak
c. Trinil
d. Sangiran
5. Kebudayaan Bascon-Hoabin ditemukan di gua-gua di Asia Tenggara.
Peninggalan kebudayaan ini ditemukan di daerah Indonesia, yaitu:
a. Kalimantan Barat
b. Sumatera Timur
c. Sulawesi Selatan
d. Nusa Tenggara Timur
6. Dolmen dan menhir merupakan peninggalan kebudayaan dari zaman:
a. Batu tua
b. Batu tengah
c. Batu muda
d. Batu besar
7. Zaman logam di Indonesia dimulai pada:
a. Zaman Tembaga
b. Zaman Perunggu
c. Zaman Besi
d. Zaman Megalitikum
8. Belati Dongson ditemukan di daerah:
a. Makassar
b. Sumatera Selatan
c. Jawa Timur
d. Flores
Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII
44
9. Masyarakat pra aksara hidup secara nomaden. Nomaden artinya:
a. Bergantung pada alam
b. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain
c. Mengumpulkan bahan makanan
d. Berburu binatang
10. Kebudayaan kapak lonjong masuk ke Indonesia melalui:
a. Semenanjung Malaka ke Sumatera
b. Semenanjung Malaka ke Kalimantan
c. Filipina ke Kalimantan
d. Filipinan ke Sulawesi
B. Isilah titik-titik dengan jawaban kamu
1. Kepercayaan nenek moyang bangsa Indonesia yang menyebutkan bahwa
setiap benda memiliki roh disebut .....
2. Suatu masa kehidupan masyarakat pra aksara dengan mengumpulkan
makanan di sebut masa ....
3. Menhir merupakan salah satu peninggalan sejarah dari zaman batu.
Menhir erat hubungannya dengan kegiatan ....
4. Jenis manusia purba yang ditemukan di Wajak adalah ....
5. Peralatan hidup yang dibuat oleh masyarakat pra aksara terbuat dari
batu, tulang, dan ....
C. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut secara singkat
1. Zaman pra aksara dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu zaman batu dan
zaman logam. Mengapa disebut zaman batu?
2. Apa yang dimaksud dengan hidup semi nomaden?
3. Jelaskan perkembangan sistem ekonomi masyarakat pra aksara!
4. Sebagian besar masyarakat pra aksara hidup di daerah lembah. Sebutkan
3 (tiga) alasan yang mendasarinya!
5. Munculnya kehidupan berkelompok bagi masyarakat pra aksara sangat
menguntungkan. Mengapa demikian?

Rabu, 13 Agustus 2008

INTEGRASI IMTAQ PADA PEMBELAJARAN IPS

INTEGRASI IMTAQ PADA PEMBELAJARAN IPS

UNTUK MEWUJUDKAN MASYARAKAT

PEDULI LINGKUNGAN SEJAK DINI

Diajukan untuk mengikuti lomba Karya IMTAQ Tingkat Nasional tahun 2007 yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional

Ditulis oleh :

DRA. MURNARIA , MM.

Nip/Nrk : 131395353/144729

DINAS PENDIDIKAN NASIONAL

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 216

PROVINSI DKI JAKARTA

TAHUN 2007




ABSTRAK

MURNARIA MANALU, Integrasi Imtaq pada Pembelajaran IPS untuk Mewujudkan Masyarakat Peduli Lingkungan Sejak Dini.

Perubahan kurikulum pendidikan formal di Indonesia pada tingkat SMP menyebabkan terjadi perubahan besar yaitu membuat pelajaran Geografi, Sejarah, dan Ekonomi yang sebelumnya diajarkan secara terpisah menjadi diajarkan satu guru dalam bentuk materi IPS, atau IPS Terpadu dan merupakan gabungan dari empat konsep ilmu yaitu Geografi, Sejarah, Ekonomi dan Sosiologi. Hal ini harus disikapi guru dengan berbagai cara. Guru harus menguasai materi ajar sesuai dengan tuntutan kurikulum yang terbaru dalam rangka meningkatkan kualitas siswa dan manusia Indonesia dimasa mendatang.

Sebagai warga Jakarta para guru juga harus memiliki kepedulian lebih untuk mengintegrasikan imtaq, PKLH, pada saat pengajaran berlangsung. Terlebih pembelajaran IPS, dimana guru harus mampu meramu materi ajar yang disampaikan agar menarik dan bermanfaat bagi siswa untuk menjalani kehidupan bersama warga lainnya. Karena daya dukung Jakarta sangatlah terbatas untuk memenuhi kebutuhan warganya antara lain : air bersih, pemukiman, transportasi, pembuangan sampah dan limbah serta sarana-prasarana yang mendukung hidup sehat dan layak bagi seluruh warganya. Belum lagi acaman bencana banjir dan kebakaran yang sering melanda Jakarta tentulah harus diantisipasi sejak dini, yaitu dengan mengenalkan kenyataan hidup disekitarnya, dan mengajak siswa berpartisipasi untuk menjaga kelestarian lingkungannya dengan berbagai cara antara lain tidak membuang sampah sembarangan, menanam pohon di sekitar tempat tinggalnya, memanfaatkan benda-benda yang digunakan secara maksimal.

Jakarta membutuhkan kawasan Ruang Terbuka Hijau untuk mendukung kenyaman tinggal warganya. Ruang Terbuka Hijau yang terdapat di kawasan Kota Jakarta antara lain adalah Danau Sunter, Danau Lembang. Waduk Asmi, dll. Akan tetapi keberadaannya terancam oleh pemukiman liar di sekitar danau. Sehingga dibutuhkan adanya konservasi yang tegas dari pemerintah daerah untuk mempertahankan keberadaannya dan didukung kepedulian seluruh warga untuk memelihara keberadaannya. Kebutuhan ruang atau geospasial ruang terbuka untuk lokasi danau, rawa untuk cagar alam serta keterkaitan untuk materi Bentuk Muka Bumi, dan Hidrosfer pada pembelajaran IPS kelas VII, akan menumbuhkan kesadaran lingkungan serta meningkatkan iman dan taqwa para siswa kepada Tuhan, serta menjaga lingkungan sekitarnya sebagai karunia dari Nya. Menumbuhkan kesadaran siswa sedini mungkin akan berdampak positif pada kenyamanan lingkungan dimana siswa berada maupun untuk kehidupan orang banyak yang tinggal di ibukota.

Untuk memecahkan masalah penelitian di atas penulis menggunakan metodologi analisis kualitatif. Penulis melakukannya dengan cara mengumpulkan data sekunder dari Dinas Tata Kota, Humas, Bappeda, dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi DKI Jakarta, kurikulum terbaru dan buku IPS yang relevan. Kemudian data itu kami analisis untuk mencapai hasil yang diharapkan dan sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan di kelas.

LEMBAR PENGESAHAN

INTEGRASI IMTAQ PADA PEMBELAJARAN IPS

UNTUK MEWUJUDKAN MASYARAKAT

PEDULI LINGKUNGAN SEJAK DINI

Diajukan untuk mengikuti lomba Karya IMTAQ Tingkat Nasional tahun 2007 yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional

Disusun Oleh :

DRA. MURNARIA , MM.

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan disahkan

oleh :

Mengetahui

Kepala Sekolah

SMP NEGERI 216 Penulis

Drs. H. Tawar Daulay , M.Pd Dra. Murnaria , MM.

NIP/NRK. 130680033 NIP/NRK. 131395353/144729

KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dalam rangka mempersiapkan Kenaikan Pangkat IV c ke IV d, dan sekaligus mengikuti Lomba Karya Ilmiah Imtaq untuk tahun 2007.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada siswa-siswa yang terlibat dalam penelitian ini tanpa mereka penelitian ini tentu tidak akan terjadi. Terima kasih juga untuk semua pihak yang terlibat dalam penulisan ini, antara lain Humas Pemda DKI Jakarta, Dinas Bapedda Provinsi DKI Jakarta dan juga Bapak Drs. H. Tawar Daulay, MPd, selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 216 Jakarta Pusat.

Akhir kata Karya Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Jakarta, 21 September 2007

Penulis

Dra. Murnaria SPd, MM.

NIP. 131395353

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ................................................................................................ i

Abstrak ............................................................................................................ ii

Lembar Pengesahan ....................................................................................... iii

Kata Pengantar................................................................................................ iv

Daftar Isi ......................................................................................................... v

Bab I Pendahuluan........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1. 2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2

1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................... 2

1.4 Metodologi Penelitian …………………………………………………2

Bab II Kajian Teoretis

2.1 Kondisi Jakarta…...……………………………………………………3

2.2 Integrasi Imtaq pada pembelajaran IPS .................................................. 3

2.3 Ayat-ayat kitab suci yang mendukung Imtaq .......................................... 4

Bab III Hasil Analisis ..................................................................................... 6

3.1 Analisis Materi IPS yang terkait Imtaq .................................................... 6

3.2 Strategi Pembelajaran imtaq ................................................................... 7

Bab IV Penutup ............................................................................................... 10

4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 10

4.2 Saran .................................................................................................... 10

Daftar Pustaka ................................................................................................ 11

Lampiran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak diberlakukannya kurikulum KBK, kurikulum 2004 dan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun ajaran 2006-2007 khususnya untuk siswa SMP , dimana mata pelajaran yang sebelumnya terpisah Geografi, Sosiologi, Sejarah dan Ekonomi sekarang menjadi IPS dan IPS Terpadu.

Tentu hal ini membawa perubahan besar terhadap cara mengajar guru IPS, pemahaman konsep-konsep esensial materi ajar harus dirumuskan, dipahaminya sesuai dengan definisi dari istilah keilmuan yang ada. Selain harus menguasai materi, ia juga harus menggunakan media, metode yang tepat dan waktu yang layak agar siswa dapat menguasai dan memahami materi yang diajarkan. Bila hal ini tidak disadari guru IPS tentu akan mengakibatkan proses belajar mengajarnya akan kurang menarik dan membosankan.

Agar proses belajar mengajar menarik bagi siswa, tentu dibutuhkan kiat-kiat dan seni mengajar . Pengajaran IPS disamping harus menarik sekaligus juga bermanfaat bagi siswa baik untuk masa kini dan yang masa yang akan datang, sehingga ia juga harus mampu mengintegrasikan imtaq, pendidikan lingkungan hidup dan pesan-pesan moral positif untuk membantu siswa menjalani kehidupan ditengah-tengah masyarakat.

Proses belajar mengajar IPS yang terintegrasi yang dimulai sejak siswa kelas VII di SMP Negeri 216 Jakarta ini, diharapkan akan menumbuhkan kesadaran dan kepedulian lingkungan dimana dia berada. Penanaman moral-moral positif dan memberikan contoh-contoh nyata disekitarnya serta mengikuti urutan-urutan kegiatan institusional pengajaran mulai dari pendahuluan, penyajian materi dan penutup serta penugasan akan dapat menumbuhkan kesadaran siswa sejak dini untuk selalu peduli akan kebersihan dan keserasian lingkungan dimana dia berada. Sebagai warga Jakarta siswa juga harus berpartisipasi mewujudkan Jakarta yang indah, asri, aman dan kota untuk semua golongan.

1. 2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang disajikan maka rumusan masalah adalah sebagai berikut :Apakah materi-materi IPS yang dapat di integrasikan dalam Imtaq ? Apakah ayat-ayat yang sesuai dengan kitab suci untuk menumbuhkan imtaq siswa ? Mengapa integrasi imtaq dibutuhkan sejak dini oleh warga yang tinggal di DKI Jakarta ?

3 Tujuan Penulisan

a. umum.

Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah agar dapat menumbuhkan kesadaran siswa untuk menjaga kelestarian lingkungan dimana dia tinggal. Perkembangan pembangunan Kota Jakarta yang pesat harus dapat diimbangi perkembangan sikap mental warganya agar tidak timbul dampak negatif yang merugikan diri sendiri ataupun penduduk yang terdapat di DKI Jakarta.

b. khusus

Mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah mengikuti lomba Karya IMTAQ Tingkat Nasional tahun 2007 yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional sekaligus berbagi pengalaman kepada sesama guru perihal pembelajaran yang dilakukan di kelas untuk meningkatkan kualitas siswa dan guru.

1.4 Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara pengambilan data sekunder dari kantor – kantor dinas yang terkait. Dalam hal ini kantor Dinas Tata Kota dan Bapeda , Humas dan Pekerjaan Umum Kota Jakarta selain itu juga diperlukan data – data pembanding dari pustaka – pustaka yang relevan, membuat RPP yang sesuai, materi ajar dan penugasan yang mendukung penelitian dan fakta-fakta yang disajikan pada saat pembelajaran.

BAB II

KAJIAN TEORETIS

2.1 Kondisi Jakarta

Provinsi DKI Jakarta sebagai ibukota Republik Indonesia memiliki luas daratan 661,52 km ², dan peraian Kepulauan Seribu terdiri dari ± 110 pulau seluas 6.977,5 km ². Wilayahnya dibagi atas 5 wilayah kotamadya dan 1 wilayah administratif ( Kep. Seribu ). Luas wilayah Jakarta Pusat ( 47,90 km ²), Jakarta Utara ( 154,01 km ²), Jakarta Barat ( 126,15 km ² ), Jakarta Selatan ( 145,73 km ²), Jakarta Timur ( 187,73 km ²) [1]

Pembangunan kota Jakarta dapat menimbulkan dampak positif dan negatif bagi kehidupan masyarakatnya. Jakarta sebagai kota yang dinamis berkembang pesat, akan menimbulkan perubahan besar dalam pemanfaatan lahannya. Untuk perlu diantisipasi melalui Rencana Penataan Ruang yang baik, dan tidak melupakan kebutuhan Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) , dan tidak mengorbankan keberadaan sungai, danau, dan rawa yang terdapat di wilayah DKI Jakarta. Keseimbangan antara teori di sekolah dan kenyataan kehidupan sebenarnya haruslah sejalan untuk mengurangi terjadinya bencana.

Menurut Djamari : Gambaran perkembangan kota-kota di dunia ke tiga dimana kota berkembang dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah. Membanjirnya manusia dari pedesaan untuk mengadu nasib di kota-kota besar merupakan gejala yang mendorong me-raksasa-nya kota-kota di dunia ke tiga. Salah satu diantaranya Jakarta sedang mengalami perkembangan yang cepat dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi sebagai akibat besarnya arus urbanisasi. Menurut perkiraan lembaga kependudukan PBB besarnya arus urbanisasi di seluruh dunia ke tiga mencapai angka 75.000 orang perhari[2]

Dampaknya terjadi eksploitasi yang berlebihan terhadap lahan di Jakarta membawa yang paling nyata adalah terhadap lingkungan sekitar kita, dimana pencemaran mulai terjadi pada udara, air, dan tanah serta kerusakan lahan dan perubahan peruntukkan lahan , salah satu akibatnya adalah bahwa kawasan perkotaan tidak lagi nyaman untuk dihuni, dan kondisi ini terlebih diperparah disaat banjir.

Banjir di Jakarta memang mempunyai sejarah panjang. Banjir besar pertama terjadi tahun 1621. Musibah besar serupa juga terjadi tahun 1654, 1918, 1942,1976,1996, 2002, dan tahun 2007.

Ada alasan mengapa Jakarta tidak mampu mengelak dari bencana banjir, yaitu : (1) lebih dari 40 % ( 24.000 ha) wilayahnya berada 1 – 1,5 m di bawah permukaan laut. (2) Jakarta dilalui oleh 13 sungai diantaranya di Jakarta Timur Sungai Cakung, Jati Kramat, Buaran, Sunter, Cipinang, Di Jakarta Pusat Sungai Ciliwung, Cideng, Krukut. Di Jakarta Barat ada Sungai Grogol, Sekretaris, Pesanggrahan, Mookervaart dan Angke. (3) Terjadi penurunan permukaan tanah akibat eksploitasi air tanah yang berlebihan. Pembangunan gedung tinggi dan pembuatan sumur dalam menjadi penyebab penurunan permukaan tanah. (4) Tingginya curah hujan juga punya andil besar pada terjadinya banjir di Jakarta dan sekitarnya. (5) Pembangunan dan perubahan tata guna lahan Bopunjur dan Jabodetabek yang sangat pesat menyebabkan terjadinya penambahan debit air sungai melampaui kapasitas maksimumnya. Selama lima tahun ( 2000-2004) sekitar 4.000 ha lahan terbuka untuk resapan air tidak lagi berfungsi sebagai ruang terbuka hijau. Tahun ini dibangun lagi 80 kawasan komersial yang berarti penutupan ruang terbuka hijau kembali bertambah. Kawasan hutan lindung di daerah hulu juga telah hilang lebih dari 16 %.[3]

Ruang Terbuka Hijau di DKI Jakarta sebagian besar telah beralih fungsi menjadi kawasan permukiman, pusat perbelanjaan, mall, perkantoran pertokoan, pompa bensin, tempat parkir, dan pemukiman kumuh dan keberadaan pedagang kaki lima semakin memperparah kondisi lingkungan perkotaan di Jakarta. Fenomena yang umum terjadi ini perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak, terutama Pemerintah Daerah, pelaku usaha dan masyarakat, partisipasi semua pihak merupakan kunci utama dalam mencapai keberhasilan pengembangan Ruang Terbuka Hijau di wilayah Kota Jakarta. Siswa perlu sejak dini diajak terlibat secara langsung untuk mengurangi dampak negatif akibat berkembangnya kota Jakarta.

. Penanaman sikap peduli lingkungan merupakan perwujudan nyata dari iman dan taqwa yaitu melalui peran semua umat untuk turut serta memelihara bumi kita sebagai salah satu planet ciptaannNya. Dari pengalaman-pengalaman itu sangat dibutuhkan kebersamaan untuk mewujudkannya[4]

Dari kajian teoretis di atas dapat disimpulkan sangat wajar para guru dan siswa yang tinggal di Jakarta yang memiliki bentuk muka bumi dataran rendah , untuk mencegah banjir sebagai warga negara yang baik, mengamalkan imtaq nya setiap saat dengan memelihara dan menjaga kelestarian dimanapun dia berada.

2.2 Integrasi Imtaq pada pembelajaran IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/ SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTS, mata pelajaranIPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggungjawab,serta warga dunia yang cinta damai.

Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

Adapun tujuan mata pelajaran IPS adalah : (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya ; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan dan (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global[5]

Hal ini berarti integrasi imtaq pada saat pembelajaran IPS yang tertuang juga dalam rencana pembelajaran, penyajian materi , pemberian tugas-tugas baik dalam bentuk perseorangan maupun kelompok. Integrasi imtaq akan menimbulkan kesadaran kepada siswa bahwa sebagai mahluk hidup semua unsur dan sendi kehidupan membutuhkan Tuhan. Guru menjelaskan berbagai ragam hasil ciptaan Tuhan untuk mendukung kehidupan semua umat manusia, sekaligus umat manusia dipercaya untuk memelihara dan mengelolanya. Perwujudannya dapat dilihat melalui perubahan sikap dan kesadaran siswa untuk menjalankan Ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya. Siswa juga akan bersikap lebih sopan dan santun karena didalam dirinya sudah terdapat alat kontrol yang mengendalikan dirinya secara otomatis untuk melakukan hal-hal yang baik ataupun positif.

Integrasi imtaq juga akan selalu mengingatkan siswa dan guru untuk menerapkannya dalam kehidupan seharí-hari melalui selalu bersyukur, sikap tertib terhadap hukum,tepat waktu, disiplin dan tekun. Hal ini karena kesadaran diri setelah mendengar nasehat, petunjuk dari gurunya agar tekun melaksanakan ajaran agamanya. Aktif mengikuti kegiatan perayaan agamanya , memelihara lingkungan dengan baik dimanapun dia berada.

Dari kajian teoretis di atas dapat disimpulkan integrasi imtaq dalam pembelajaran IPS sangat relevan dengan materi ajar di dalam kelas dan untuk kehidupan di luar kelas. Dan sejalan dengan tujuan kurikulum KTSP yaitu memenuhi tuntutan kurikulum stándar kompetensi kelas VII yaitu memahami lingkungan kehidupan manusia. Manusia yang hidup di bumi wajib memeliharanya karena bumi kita hanya satu dan bumi itu kita pinjam dari anak cucu kita jadi bumi bukan warisan nenek moyang kita sehingga kita perlu menjaganya senantiasa semasa kita hidup agar anak cucu kita dapat hidup layak seperti kita.

.

2.3 Ayat-ayat Kitab suci yang mendukung Imtaq

Agar kualitas lingkungan dan kehidupan perkotaan tetap sehat, tertib, bersih dan nyaman bagi semua warganya dibutuhkan kasih. Hal ini dapat dicapai bila tingkat kesadaran warga kota itu tinggi, dan merasa memiliki, mempertahankan, menjaga dan ikut serta dalam pengendalian faktor -faktor penyeimbang lingkungan di bumi dimana kita berada. Untuk menjaga keseimbangan di bumi kita membutuhkan kasih. Maedjaja berpendapat ; “ Kasih tidak boleh dibatasi hanya pada saudara seiman orang Kristen saja, tetapi harus juga diperlihatkan kepada semua sesama kita, tanpa menghiraukan latar belakang agama, dan kedudukan sosial mereka. Apabila kita mengatakan kita mengasihi Tuhan, maka ia juga harus mengasihi semua saudara kita, sebab jika kita tidak dapat mengasihi mereka yang kita lihat, bagaimana mungkin kita dapat mengasihi Tuhan, yang tidak pernah kita lihat ( I Yohanes 4 : 20 -21 )[6]

Perwujudan kasih itu juga dapat kita lihat pada kepedulian sesama untuk peduli dan selalu menunjukkan aksi dengan berbuat untuk kelestarian bumi kita. Apalagi bumi saat ini tengah menghadapi beberapa ancaman pemanasan global seperti erosi, polusi, rusaknya lingkungan alam, kepunahan dan hilangnya beberapa jenis flora dan fauna, pemanasan global, kebakaran hutan, masalah sampah, ledakan penduduk dan sebagainya. Semua itu membuat bumi semakin tak terselamatkan. Untuk itu badan dunia (PBB) bermula 1972 menghasikan pola pikir penyelamatan bumi dalam konferensi Stockholm, pada 1980 di hasilkan sasaran pokok:perlindungan terhadap system penyangga kehidupan, pengawetan plasma nuftah, dan pemanfaatan sumber daya alam secara lestari/berkelanjutan[7]

Cukup banyak yang telah dilaksanakan Pemerintah dalam upaya melindungi sistem penyangga kehidupan. Berkembangnya berbagai permasalahan sebagai konsekwensi dari pembangunan yaitu upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana.[8]

Siswa perlu sejak kecil diajak terlibat langsung melihat fakta dan data kemudian diajak berpartisipasi untuk menjaga kelestarian lingkungan dan mengurangi berbagai pencemaran yang terjadi. Walaupun dilihat dan dicermati bila hal ini dilakukan secara perseorangan sangat sedikit hasilnya, namun bila seluruh siswa yang ada di Jakarta memiliki kesadaran iman dan taqwa untuk memelihara lingkungannya tentu akan menjadi kekuatan yang luar biasa.

Alkitab menjelaskan setelah menciptakan manusia menurut gambar Allah dan berfirman yaitu “ Beranak-cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” Berfirmanlah Allah : “ Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji; itulah akan menjadi makananmu.Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya. “[9]

Melalui ayat ini guru mengajak siswa menyadari bahwa bumi kita bukan hanya milik manusia tetapi tumbuhan dan binatang juga menjadi penghuni bumi, dan kita harus menjaga keseimbangan kehidupan ketiga mahluk hidup tersebut. Siswa diajak berbuat sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat, tidak membuang sampah sembarangan, tidak memboroskan penggunaan air bersih, mematikan listrik di rumahnya apabila tidak diperlukan, tidak memboroskan penggunaan BBM, tidak menambah kerusakan lingkungan dengan membuang puntung rokok sembarangan yang dapat menimbulkan kebakaran. Untuk memperindah lingkungan tempat tinggalnya siswa diajak untuk menanam pohon atau bunga minimal satu pohon untuk satu bulan, dan bila dilakukan setiap siswa paling tidak satu sekolah telah menanam 1000 pohon/ tahun. Berarti hal ini dapat mengurangi dampak pencemaran udara dan membantu meresapkan air ke dalam tanah.

Di samping itu juga guru mengulang kembali pepatah-pepatah dan semboyan dari berbagai sumber agama antara lain Agama Islam “ Kebersihan adalah sebagian dari Iman.” ; Men sano in corpore sano artinya didalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat ; Kebersihan pangkal kesehatan,dll.

Berdasarkan kajian teori di atas dapat disimpulkan bahwa : Sangat banyak isi dari kitab suci dari berbagai agama yang mengajarkan bahwa manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Sang Pencipta akan mendapat banyak kemudahan dan kesukaan , sekaligus menganjurkan untuk hidup berdampingan secara damai antar sesama Amat manusia di bumi

BAB III

HASIL ANALISIS

3.1 Analisis Materi IPS yang terkait Imtaq

Mengapa integrasi Imtaq kedalam mata pelajaran IPS dan pelajaran yang lainnya sangat dibutuhkan? Hal ini untuk menumbuhkan kesadaran dalam diri setiap siswa bahwa ber- Iman dan Taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sangat dibutuhkan setiap insan manusia di muka bumi. Karena di dalam kehidupan seharí-hari kita menghadapi berbagai masalah baik suka maupun duka. Para guru harus mampu memberikan pertolongan kepada siswanya untuk menjalani kehidupan secara normal.

Materi IPS di Kelas VII Semester I dan Semester II sangat banyak yang dapat di integrasikan ke dalam Imtaq antara lain yaitu : SK 1. Memahami lingkungan kehidupan manusia (Geografi ) 1.1 Mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan, dan dampaknya terhadap kehidupan . Pada topik ini Imtaq sangat dominan untuk disampaikan , bagaimana relief muka bumi kita yang beragam namun begitu sempurnanya semua diatur Tuhan begitu sempurna kepada umat manusia.

1.2 Mendeskripsikan kehidupan pada masa pra-aksara di Indonesia (Sejarah ) kita menanamkan kesadaran kepada siswa bahwa pada masa para aksara nenek moyang bangsa Indonesia telah mendiami bumi pertiwi sejak 2 juta tahun SM. Berarti sesuai yang patut kita syukuri dari bukti-bukti arkeolog Indonesia juga telah mengalami peradaban dan perkembangan budaya.

. SK 2. Memahami kehidupan sosial manusia (Sosiologi )

2.1 Mendeskripsikan interaksi sebagai proses sosial

2.2 Mendeskripsikan sosialisasi sebagai proses pembentukan kepribadian

2.3 Mengidentifikasi bentuk-bentuk interaksi sosial

2.4 Menguraikan proses interaksi sosial

Dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada jelas tergambar bahwa sebagai sesama umat manusia ciptaan Tuhan kita perlu saling beinteraksi tanpa membedakan, suku, ras, dan agama. Kita membutuhkan sosialisasi untuk menciptakan keserasian dan kedamaian. Hidup berdampingan dengan saling pengertian dan tolong menolong didalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

S.K 3 Memahami usaha manusia memenuhi kebutuhan ( Ekonomi )

3.1 Mendeskripsikan manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi yang bermoral dalam memenuhi kebutuhan

3.2 Mengidentifikasi tindakan ekonomi berdasarkan motif dan prinsip ekonomi

dalam berbagai kegiatan sehari-hari

S.K 4. Memahami usaha manusia untuk mengenali perkembangan

lingkungannya.

Pada pembelajaran Geografi Semester II aspek Imtaq ada di ke empat K. D.

4.1 Menggunakan peta, atlas, dan globe untuk mendapatkan informasi keruangan

4.2 Membuat sketsa dan peta wilayah yang menggambarkan objek geografi

4.3 Mendeskripsikan kondisi geografis dan penduduk

4.4 Mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer, serta dampaknya terhadap kehidupan

Pada topik ini guru memotivasi siswa dengan menggunakan peta kita dapat menge-

tahui lokasi-lokasi potensial untuk keberadaan sumberdaya alam hasil ciptaaan

Tuhan, dan mengajak siswa berfikir kritis bahwa bumi kita juga perlu diperlihara

dan dijaga dengan baik , dengan menunjukkan berbagai klipping kerusakan alam

yang disebabkan oleh perbuatan manusia ataupun bencana alam dan kemudian ber

usaha mengantisipasi kerugian yang lebih besar.

Pada topik hidrosfer dan atmosfer siswa juga diajak untuk mengurangi berparti-

sipasi dengan tidan mencemari lingkungan mengurangi dampak pemanasan

dengan mengurangi penggunaan air condition ( AC ) , menggunakan air bersih

secara hemat, mengganti kran-kran yang rusak, mematikan kran setelah habis

menggunakannya, tidak mencemari sungai , dll.

S.K. 5. Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa Kolonial Eropa ( Sejarah ).

5.1 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha, serta peninggalan-peninggalannya

5.2 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia, serta peninggalan-peninggalannya

5.3 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan

pada masa Kolonial Eropa

Pada materi ini sangat jelas dengan masuknya berbagai agama ke Indonesia menunjukkan perkembangan agama masuk ke Indonesia yang sebelumnya masih menganut animisme dan dinamisme. Pada materi sangat perlu ditanamkan kesadaran kepada para siswa untuk menjalankan dan melaksanakan ibadah sesuai ajaran agama yang dianutnya. Dan sebagai negara berbhineka tunggal ika sangat patut ditanamkan prinsip-prinsip dari fanding father Indonesia yang menghargai kemajemukan bangsa dan negara mengakui ada 5 agama besar yang diakui pemerintah di Indonesia dan hidup rukun dan damai di bumi pertiwi.

S.K. 6. Memahami kegiatan ekonomi masyarakat ( Ekonomi )

6.1 Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan dan pola permukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi

6.2 Mendeskripsikan kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa

6.3 Mendeskripsikan peran badan usaha, termasuk koperasi, sebagai tempat berlangsungnya proses produksi dalam kaitannya dengan pelaku ekonomi

6.4 Mengungkapkan gagasan kreatif dalam tindakan ekonomi untuk mencapai

kemandirian dan kesejahteraan

Melalui SK dan KD ekonomi ini kita perlu menumbuhkan kesadaran kepada siswa dalam memenuhi kebutuhan manusia juga harus memiliki moral tidak menghalalkan segala cara untuk mencari keuntungan , tetapi harus menghargai usaha manusia lainnya, harus ditanamkan sejak dini untuk bersaing secara sehat. Menggunakan lahan untuk kegiatan ekonomi secara tepat, tidak merambah hutan konservasi menjadi hutan. Menjaga keseimbangan lahan terbuka sebagai daerah resapan untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Apalagi Indonesia yang memiliki falsafah Pancasila nilai-nilainya sangat baik untuk diadopsi dalam kehidupan bermasyarakat.

Jadi jelas dapat disimpulkan melalui kepedulian para guru melalui penanaman materi imtaq terintegrasi pada saat pembelajaran, dapat meningkatkan wawasan dan pemahaman tentang perlunya setiap siswa selalu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Nya, atau sesuai dengan agama yang dianutnya. Pemahaman akan perlunya imtaq di saat pembelajaran dan memahami ayat-ayat suci yang mendukung integrasi materi imtaq dalam konsep ilmu yang diajarnya. Integrasi imtaq pada mata pelajaran yang dibinanya , dapat dilihat dari keberhasilannya menanamkan aspek pengetahuan, pemahaman, sikap dan kesadaran siswa terhadap lingkungan sekitarnya dan mewujudkannya dengan ketekunan beribadah sesuai dengan agamanya.

Selanjutnya diharapkan para siswa termotivasi dan atas kesadarannya sendiri berperan aktif untuk memecahkan dan menanggulangi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Dengan memiliki pegangan hidup yang bertaqwa kepada Tuhan Nya siswa diharapkan tidak akan mengambil jalan pintas dengan melakukan bunuh diri apabila ada masalah, tetapi berusaha memecahkan sebaik-baiknya. Selain itu siswa yang telah memiliki imtaq yang baik memiliki mental yang lebih stabil, tidak mudah putus asa, terlihat bersemangat dan selalu bergembira.

.

3.2 Strategi Pembelajaran Imtaq

Mengingat konsep-konsep imtaq sangat berpengaruh untuk membentuk moral siswa, sehingga integrasi pembelajaran imtaq perlu senantiasa dilakukakan oleh para guru. Karena mereka cikal bakal yang akan hidup di masa mendatang, mereka harus dididik dari sejak dini untuk mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain dalam era globalisasi. Mereka harus memiliki moral Pancasilais , mampu mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan seharí-hari. Menghargai sesama dan mampu menerima keberhasilan orang lain dan saling melengkapi didalam menjalani kehidupan.

Mengingat ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan

2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan

3. Sistem Sosial dan Budaya

4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

Maka sejalan dengan hal di atas strategi pembelajaran pada saat pembelajaran IPS di kelas diberikan secara bervariasi misalnya disisipkan pada apersesi, motivasi, materi inti pada topik-topik tertentu, sebagai refleksi, sebagai tugas perseorangan, kelompok , penugasan klasikal, pembelajaran di luar dan dalam kelas. Mengapa demikian ? Karena pada dasarnya materi IPS juga sudah sangat luas, target kurikulumnya juga sudah jelas. Tapi tidak tertutup kemungkinan imtaq akan akan lebih dominan didalam mata pelajaran Agama dan PKn.

Mengingat kondisi di atas penulis mensiasatinya dengan memadukan multi media dan metode pengajaran baik dalam bentuk penugasan. Hal ini dapat dilihat pada lampiran yang memuat dokumentasi sebagian dari kegiatan yang dilakukan di kelas dan memamerkan hasil karya siswa melalui perwujudan imtaq dengan mengolah sampah atau mendaur ulang menjadi media pengajaran yang bermanfaat dalam pembelajaran IPS.

Penulis juga memanfaatkan berbagai fasilitas elektronik seperti televisi, OHP, dan laptop, kaset-kaset discovery. Selain itu juga menggunakan klipping koran, gambar-gambar, berita aktual , dll pada saat pembelajaran. Hal ini dilaksanakan agar penyampaian konsep materi lebih aktual dan tepat sasaran dan untuk efisiensi waktu.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari uraian yang telah penulis paparkan sebelumnya maka penulis dapat menarik kesimpulan berdasarkan analisis dan pemaparan yang dilaksanakan.

1. Integrasi Imtaq kedalam mata pelajaran IPS perlu dilakukan para guru IPS dan

mata pelajaran lainnya pada saat pembelajaran berlangsung, dalam rangka

menumbuhkan kesadaran siswa untuk selalu beriman dan bertaqwa sesuai

dengan agama yang dianutnya.

2. Integrasi Imtaq saat pembelajaran harus direncakan guru dengan baik agar

pesan-pesan moral yang diinginkan tersampaikan dengan baik kepada siswa.

3. Integrasi Imtaq sejak dini dapat meningkatkan kepedulian siswa untuk peduli

lingkungan yang baik dimana dia berada.

4.2 Saran

1. Integrasi imtaq perlu dilaksanakan oleh semua guru pada saat pembelajaran

dalam rangka mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya, yang berahlak mulia

dan bermoral Pancasila yang sangat dibutuhkan untuk membangun negeri kita

tercinta.

2. Pesan-pesan moral yang disampaikan oleh para guru dapat menumbuhkan

kesadaran siswa untuk mau melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran

agamanya dan melaksanakannya dengan sukarela.

3. Intergrasi imtaq hendaknya selalu diusahakan dan direncanakan guru pada saat

Pembelajaran agar para siswa memiliki kesadaran untuk memelihara

lingkungan dimana dia berada.

DAFTAR PUSTAKA

Alkitab, 2002 , Jakarta , Yayasan Alkitab Indonesia.

Bulletin BAPEDA, Media Informasi Bapeda Provinsi DKI Jakarta, 2007. Membendung Banjir. Jakarta : Bapeda Provinsi DKI Jakarta.

Djamari,H.Dr, dkk. 1991. Materi Pokok Pendidikan IPS 1. Modul 7-12. Jakarta : Universitas Terbuka.

Daniel Maedjaya, 1999. Prinsip-prinsip Dasar Kepemimpinan Kristen. Jogyakarta: Penerbit Yayasan Andi.

Dirrektorat Pendidikan Masyarakat direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Memutus Rantai Kemiskinan Melalui pembelajaran Masyarakat. Jakarta : Depdiknas.

Jakarta English Edition , 2006 , Regional Planning Borroad of DKI Jakarta Provinci

Koesnadi Hardjasoemantri , 1995. Hukum Perlindungan Lingkungan Konservasi Sumber daya Alam Hayati dan Ekosistemnya Edisi Pertama : Jogyakarta : Gajahmada University Press.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tk SMP IPS Geografi, Stándar Isi, 2006.

Lester R. Brown, dkk, 1995 . Masa Depan Bumi : Jakarta ; Yayasan Obor Indonesia.


  1. Frofil pendidik


BIODATA PESERTA

LOMBA KARYA ILMIAH IMTAQ 2007

NAMA : DRA. MURNARIA, MM

TEMPAT/TGL LAHIR : MEDAN, 12 AGUSTUS 2007

JENIS KELAMIN : PEREMPUAN

AGAMA : KRISTEN PROTESTAN

MENGAJAR MATAPELAJARAN : IPS GEOGRAFI

NAMA SEKOLAH : SMP NEGERI 216

ALAMAT SEKOLAH : JALAN SALEMBA RAYA NO : 18

JAKARTA PUSAT 10430

NO TELEPON SEKOLAH : 021. 31931857

NO FAKSIMILE SEKOLAH : 021. 3922621

ALAMAT RUMAH : JALAN BINA TARUNA II NO : 28

RT 10 RW 10 KAYU MAS PULO

GADUNG

JAKARTA TIMUR 13260

NOMOR TELEPON RUMAH : 021. 4704151

NOMOR HANDPHONE : 0812 9677 561

KABUPATEN/ KOTAMADYA : JAKARTA PUSAT

PROVINSI : DKI JAKARTA

Prestasi yang pernah di raih :

  1. Juara 1 Lomba Karya Ilmiah 2005 TK DKI LPMP DKI Jakarta.
  2. Juara 1 tahun 2005 dan 2006 Bakosurtanal lomba penulisan ilmiah popular.
  3. Juara 3 Lomba Karya Ilmiah Guru TK DKI LPMP DKI Jakarta tahun 2006.
  4. Juara 2 Guru berprestasi TK Kotamadya Jakarta Pusat 2004-2007
  5. Penulis buku-buku Geografi SMP di beberapa penerbit al; PT Esis Erlangga, PT Empiris, dll.
  6. Editor Ahli lulus penilaian Buku Geografi Kelas X –XII oleh BSNP diterbitkan oleh PT Balai Pustaka.

PENULIS

DRA. MURNARIA MANALU, MM.



[1],The Regional Planning Board 2005 English Edition , ( Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 2005 ) hal 7

[2] Djamari , Materi Pokok Pendidikan IPS 1 Buku II Modul 7- 12 ( Jakarta : Unversitas Terbuka ,1991 ) , hal. 506

[3] Topik Utama , Buletin Bapeda “ Membendung Banjir ( Preventing Floods ) ( Jakarta : Bapeda Provinsi DKI Jakarta, No 3 , 2007 ) , hal 6.

[4] Dirjen Pendidikan Luar Sekolah, Memutus rantai kemiskinan melalui pembelajaran masyarakat

(Jakarta : Depdiknas ; 2006), hal 98

[5] Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) SMP , ( Jakarta: Depdiknas; 2006 ) , hal 575.

[6] Daniel Maedjaja, Prinsip-prinsip dasar Kepemimpinan Kristen ( Jogyakarta: Penerbit Yayasan Andi; 1995) , hal 95

[7] Lester R. Brown, dkk, Masa Depan Bumi ( Jakarta : Yayasan obor Indonesia ; 1995), hal 135.

[8] Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Perlindungan lingkungan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya Edisi Pertama ( Jogyakarta ; Gajahmada University Press ; 1995) , hal 123

[9] Kejadian 1 : 28-30, Alkitab ( Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia;2002), hal 1-2.